Dapat artikel bagus
dari
https://rira0su.wordpress.com/2011/11/20/tata-krama-basa-sunda/ pas
banget untuk saya yang masih belajar bahasa sunda dengan baik dan benar.
Tatakrama yang dikenal dalam Basa Sunda atau
biasa disebut Undak Usuk Basa Sunda (UUBS) secara
umum terbagi atas dua jenis, yaitu Basa Hormat/ Lemes (Bahasa
Halus), danBasa Loma (Bahasa Akrab/Kasar). Dalam Pembahasan UUBS di
Kongres Basa Sunda tahun 1986 di Cipayung, Bogor atau
disebut TATAKRAMA BASA SUNDA menyebutkan delapan ragam
penggunaan Basa Sunda.
Ragam
Basa Hormat
Ragam Basa Lemes
Pisan/Luhur, jenis bahasa ini biasanya digunakan kepada orang
dengan jabatan tinggi atau bangsawan;
Ragam Basa Lemes keur
Batur, jenis bahasa ini digunakan pada orang yang dihormati,
biasanya yang usianya lebih tua;
Ragam basa Lemes keur
Pribadi/Lemes Sedeng, merupakan kosakata halus yang khusus digunakan
untuk diri sendiri ;
Ragam Basa Lemes
Kagok/Panengah, jenis bahasa ini yang digunakan untuk teks-teks
semacam surat kabar, dan lain-lain;
Ragam Basa Lemes
Kampung/Dusun, merupakan ragam bahasa yang dikenal halus dalam
beberapa komunitas lokal Sunda, bisa jadi terdapat keragaman di beberapa
wilayah pengguna Basa Sunda yang berlainan, namun biasanya tidak digunakan
dalam situasi resmi;
Ragam Basa Lemes
Budak, merupakan bahasa halus yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan anak-anak.
Ragam
Basa Loma
Ragam Basa Loma (Akrab);
Bahasa jenis ini digunakan dalam lingkup pergaulan kawan-kawan dekat. Misalnya
kawan sepermainan.
Ragam Basa
Garihal/Songong (Sangat Kasar ). Ragam berbahasa ini digunakan
pada objek hewan atau dalam kondisi marah besar/murka.
Ragam Basa Hormat
Ragam Basa Loma
Ari maneh balik ka
lembur teh arek iraha?
atau,
“Kalau kamu, pulang ke kampung (mau/akan) kapan?” –terjemahan literal
“Kalau kamu, pulang ke kampung (mau/akan) kapan?” –terjemahan literal
Dupi abdi wangsul ka
lembur teh bade enjing bae.
Dupi akang bade mulih ka
lembur teh bade iraha?
Sesuai dengan namanya, ragam bahasa ini digunakan
untuk menunjukkan rasa hormat . Bahasa halus yang dipilih bergantung pada
subjek yang bersangkutan. Turunan dari ragam ini ada enam tingkatan, antara
lain:
Basa Loma atau biasanya disebut juga bahasa kasar,
sebetulnya tidak dimaknai kekasaran yang otomatis menghilangkan unsur
penghormatan. Akan tetapi, ragam bahasa ini digunakan di dalam kalangan
pergaulan kawan-kawan akrab. Terdapat dua jenis Basa Loma,
yaitu;
Pada penyelenggaraan Konferensi Internasional
Budaya Sunda I (KIBS I) di Bandung dan Kongres Basa Sunda VII di Garut,
ditetapkan bahwa UUBS hanya terdiri atas dua ragam saja,
yaitu:
Dalam ragam bahasa ini terhimpun seluruh turunan Basa
Hormat/Lemes. Seseorang yang tertukar-tukar dalam menggunakan bahasa halus
untuk diri sendiri, bahasa halus kampung/dusun, atau untuk anak-anak tidak
dianggap salah. Seluruh kosa katanya dianggap memenuhi kaidah tatakrama Basa
Sunda untuk ragam bahasa halus.
Tidak berbeda dengan yang telah disebutkan sebelumnya,
ragam bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dalam lingkup pergaulan
yang akrab. Termasuk bercengkrama dengan tema sepermainan atau siapapun yang
sudah akrab. Namun demikian, tentu saja dalam lingkup pergaulan yang sopan,
kosakata yang tercakup dalam Ragam Basa Garihal/Songong tidak
diperkenankan untuk dipakai.
Demikianlah perjalanan pembagian ragam Basa Sunda
resmi sejak tahun 1986. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari hingga
saat ini, masyarakat masih menggunakan dua tipe bahasa halus, yaitu bahasa
halus untuk diri sendiri, dan bahasa halus untuk orang lain. Bila ditambahkan
dengan bahasa kasar (Basa Loma), disimpulkan ada tiga jenis ragam yang
digunakan dalam komunitas masyarakat Sunda saat ini.
Dalam lanjutan tulisan berikut, sesuai dengan
penggunaannya sehari-hari, akan digambarkan pola tatakrama Basa Sunda yang
dibagi dalam tiga ragam, antara lain:
· Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)
· Ragam basa Lemes keur Pribadi (B)
· Ragam basa Lemes keur Batur (C)
* Keterangan tanda: # tidak sama; = sama; ==
terjemahan dalam Bahasa Indonesia
POLA I: A # B # C
Jumlah kata yang menggunakan pola ini terhitung
sedikit (sekitar 25 kata saja). Berikut ini contohnya:
– balik # wangsul # mulih ==pulang
– bawa # bantun # candak==membawa
– beuli # peser # galeuh==membeli
– boga # gaduh # kagungan==mempunyai/memiliki
– dahar # neda # tuang==makan
– datang # dongkap # sumping==datang
– denge # kuping # dangu==mendengar
– era # isin# lingsem==malu
– gering # udur # teu damang==sakit
– imah# rorompok # bumi==rumah
– indit # mios # angkat==pergi/berangkat
– kasakit # paudur # kasawat==penyakit
– menta # nyuhunkeun # mundut==meminta
– nitah # ngajurung # miwarang==menyuruh/memerintah
– ngomong # sasanggem#sasauran==berbicara
– nyaho # terang # uninga==mengetahui
– pamajikan # bojo # garwa/geureuha==istri
– poho # hilap# lali==lupa
– sare # mondok # kulem==tidur
– tanya # taros # pariksa==bertanya
– tenjo # tingal # tingali==melihat
Contoh penggunaan dalam kalimat:
== “Kapan kamu akan pulang ke kampung?” –terjemahan
lepas
==(Kalau saya [sih] akan pulang ke kampung besok
saja.)
==(Kalau anda (laki2 yang dituakan, semacam
kakak/abang/mas)kapan akan pulang ke kampung?)
Bila kita perhatikan kalimat-kalimat di atas,
predikatnya adalah “balik # WANGSUL # mulih”. A # B # C : A berbeda
dengan B, B berbeda dengan C. Terdapat penggunaan diksi yang berbeda,
bergantung pada subjek dalam kalimatnya. Pada kalimat pertama, subjeknya adalah
“maneh”. “Maneh”, terjemahnya dalam Bahasa Indonesia adalah “kamu” (kata ganti
orang kedua). Termasuk ragam Basa Loma/Akrab. Biasanya ditujukan pada kawan
sebaya, sejawat, teman akrab, dll. Karena itu predikat yang dipilih untuk
menyatakan “pulang” adalah “balik” (Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)).
Sementara itu, kalimat kedua, subjeknya adalah “abdi”
(saya). Jadi ragam bahasa yang digunakan adalah Basa Lemes keur Pribadi
(B). Untuk kata pulang, digunakan “wangsul”. Terakhir,
merupakan contoh kalimat dengan subjek “akang” (kata panggilan untuk orang
ketiga yang dihormati/dituakan), digunakanlah Ragam basa Lemes
keur Batur (C), sehingga predikat “pulang” dalam konteks ini menjadi
“mulih”.
POLA II: A = B # C
Pola kedua mencakup kosakata yang tidak membedakan A
dengan B, namun membedakan B dengan C.
Jadi, untuk diri sendiri menggunakan kata-kata kasar.
Contoh utamanya yang terkait dengan bagian tubuh seperti “sirah”
(kepala), “suku” (kaki). Untuk menyebutkan bagian tubuh kita sendiri seperti
itu yang harus digunakan adalah bahasa kasar, sementara untuk orang lain,
digunakan bahasa halus. Contohnya sebagai berikut:
– huntu = huntu # waos==gigi
– biwir = biwir # lambey==bibir
– irung =irung # pangambung==hidung
– baju = baju # raksukan==baju/pakaian
– lalajo = lalajo # nongton==menonton
– ngaji = ngaji# ngaos==mengaji
– nginum = nginum# ngaleueut==minum
– puasa = puasa # saum==berpuasa
– samping =samping # sinjang==(kain) sarung
– ulin = ulin # amengan==bermain
POLA III: A # B = C
Pola ketiga, kata yang digunakan untuk bahasa halus
bagi diri sendiri sama dengan bahasa halus yang digunakan kepada orang lain.
Jumlahnya cukup banyak. Berikut ini di antaranya:
– bungah # bingah = bingah==senang/bahagia
– eleh # kawon= kawon==kalah
– kajeun # sawios = sawios==biar
– kungsi # kantos= kantos==pernah
– tepung # tepang = tepang==bertemu/berjumpa
POLA IV: A = B = C
Untuk pola keempat tidak ada pembedaan pada ketiga
ragam. Termasuk dalam kategori ini antara lain kata tanya, kata tunjuk,
bilangan, dll.
– aya = aya = aya== ada
– sabaraha = sabaraha = sabaraha== berapa
– kumaha = kumaha= kumaha== bagaimana
– naon = naon= naon==apa
– itu = itu = itu==itu
– ieu = ieu = ieu==ini
– kahiji = kahiji= kahiji==pertama
– kasapuluh = kasapuluh = kasapuluh== ke sepuluh
Jsb (jeung sajabana)== dll/dan lain-lain
Jika berbicara tata krama secara utuh tentunya bukan
sekedar aspek kosakata. Namun kita pun harus memperhatikan aspek-aspek
lainnya. Yang penting juga untuk diperhatikan antara lain: lentongna
nyarita (gaya nyarita, intonasi); pasemon (mimik); rengkuh (gerakna
awak/gesture); juga tata busana.
Artikel ini murni mengambil sumber dari
https://rira0su.wordpress.com/2011/11/20/tata-krama-basa-sunda/ untuk
bahan belajar diri saya sendiri pada khususnya
Hatur nuhun 🙏🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar