Pengelolaan Lahan atau Tanah
A.
Pengertian Pengelolaan Lahan atau Tanah
Pengelolaan
Lahan atau tanah adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan
dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan
lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan
pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan
lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga
memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh
tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara
atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah
juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara
2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses
iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode atau cara pengolahan lahan dibagi
menjadi dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.
a)
Metode Pengolahan Lahan atau tanah
1.
Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan
lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang
sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak
dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan
lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode
ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga
manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan
dengan system ini banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan
waktu yang lama dalam pengerjaannya.
b)
Pengolahan Lahan Secara Modern
Pengolahan
lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman tanaman
perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan dengan cara ini
biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem ini memiliki
kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta dapat
menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu dibutuhkannya modal
yang besar dalam pengupayaannya.
B.
Macam-macam Sistem Pegolahan Lahan
1.
Pengolahan Lahan Sempurna
Pengolahan
lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan
pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk
ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan dan rotary.
2.
Olah Lahan Minimum.
Pegolahan
lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi pembajakan( tanah diolah,
dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak
dilakukan untuk lahan persawahan.
3.
Tanpa Olah Tanah(TOT)
Pengolahan
lahan pada system ini hanya meliputi penye,protan guna membunuh atau
menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditungg hingga gulma mati dan lahan
siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sisti tajuk
dalam proses penanamannya.
Pengolahan
lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan. Semakin
curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika tingkat
erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain banyak
hilang. Berikut adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah:
1. Hampir Datar
Pada
topografi ini tanah memiliki sifat diantaranya pengairan baik, mudah
diolah ancaman erosi kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan menahan air
baik, subur, dan respon terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok
untuk dijadikan sebagai lahan pertanian
2.
Lereng Landai
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya struktur tanah kurang
baik, ada ancaman erosi, pengolahan harus hati-hati,
3.
Lereng Miring
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya baik ditanami untuk
tanaman semusim mudah tererosi bergelombang tanahnya padas, kemampuan menahan
air rendah.
4.
Lereng Miring dan Berbukit
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis,
kemampuan menahan air rendah sangat mudah tererosi dan, sering banjir.
kandungan garam natrium tinggi
5.
Datar
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk
pertanian, selalu tergenang air dan tanahnya berbatu-batu
6..
Lereng Agak Curam
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-batu,
erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.
7.
Lereng Curam
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu, erosi
sangat kuat, perakaran sangat dangkal, hanya untuk padang rumput
8.
Lereng Sangat Curam
Pada
topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya berbatu dan kemampuan
menahan air sangat rendah tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai
dibiarkan (alami)
2.2
Kemampuan lahan atau Tanah
A.
Pengertian dan kelas kemampuan lahan atau Tanah
Kemampuan
lahan adalah penilaian lahan secara sistematis berdasarkan atas sifat-sifat
yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari.
Kemampuan Tanah adalah penilaian tanah secara sistimatik dan pengelompokannya
dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan penghambat
bagi penggunaannya
Kelas kemampuan lahan terbagi atas VIII kelas. Dari kelas I s.d. IV dapat digunakan untuk pertanian, sedangkan dari kelas V s.d. VII untuk padang rumput, kelas VIII sebaiknya secara alami sebagai hutan lindung. Masing-masing kelas dibagi lagi menjadi subkelas yaitu subkelas erosi, subkelas genangan air, subkelas solum (penghambat perakaran) dan subkelas iklim. Subkelas dapat diuraikan lagi menjadi beberapa unit.
Kelas kemampuan lahan terbagi atas VIII kelas. Dari kelas I s.d. IV dapat digunakan untuk pertanian, sedangkan dari kelas V s.d. VII untuk padang rumput, kelas VIII sebaiknya secara alami sebagai hutan lindung. Masing-masing kelas dibagi lagi menjadi subkelas yaitu subkelas erosi, subkelas genangan air, subkelas solum (penghambat perakaran) dan subkelas iklim. Subkelas dapat diuraikan lagi menjadi beberapa unit.
a.
Kelas I
Mempunyai
sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Sifat-sifatnya: topografi hampir
datar, ancaman erosi kecil, mempunyai kedalaman efektif, drainase baik, sudah
diolah, kapasitas menahan air baik, responsif terhadap pemupukan, tidak
terancam banjir.
b.
Kelas II
Memerlukan
pengolahan yang hati-hati. Hambatan: lereng landai, lebih besar kemungkinan
ancaman erosi, struktur tanah kurang baik, mengandung garam natrium, terancam
banjir.
c.
Kelas III
Mempunyai
hambatan berat, walaupun dapat digunakan untuk tanaman semusim. Hambatan:
lereng miring dan bergelombang, peka terhadap erosi. Lapisan padas keras, penuh
air setelah drainase, kapasitas menahan air rendah, kandungan natrium sedang.
d.
Kelas IV
Hambatan
dan ancaman disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor sebagai
berikut: lereng miring atau berbukit, kepekaan erosi sangat besar, lapisan
tanahnya dangkal, kapasitas menahan air rendah, sering mengalami banjir,
kandungan natrium tinggi.
e.
Kelas V
Terletak
pada topografi yang datar dan tergenang air. Biasanya tanah berbatu-batu.
Hambatan dan ancaman tidak sesuai untuk pertanian.
f.
Kelas VI
Tidak
sesuai untuk pertanian, terletak pada lereng yang agak curam, ancaman erosi
berat, berbatu-batu.
g.
Kelas VII
Hanya
cocok untuk padang rumput, hutan produksi terbatas tanpa adanya perlindungan.
Sebaiknya dibiarkan secara alami.
h.
Kelas VIII
Hanya
cocok untuk hutan lindung, tempat rekreasi, cagar alam. Hambatan terletak pada
lereng yang sangat curam, berbatu, kapasitas menahan air sangat rendah.
Tingkat
subkelas merupakan bagian yang rinci dari tingkat kelas. Dasarnya adalah faktor
penghambat yang sama. Faktor penghambat itu dikelompokkan ke dalam empat jenis
yaitu: bahaya erosi (e), genangan air (w), penghambat perakaran tanaman (s),
dan iklim (c). Sub kelas ditulis di belakang kelas, misalnya IIIe, artinya
kelas III dengan faktor penghambat adalah erosi.
Tingkat
unit memberikan keterangan lebih spesifik dan detail dari suatu subkelas. Dalam
tingkat unit, kemampuan lahan diberi simbol dengan menambah angka arab di
belakang subkelas. Misalnya IIIe-1, mengandung arti kelas III faktor penghambat
erosi tingkatnya 1.
2.3
Kesesuaian Tanah atau Tanah
Klasifikasi
kesesuaian lahan
Klasifikasi
kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) dapat dipakai untuk klasifikasi
kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang
tersedia.
Kesesuaian
lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian
karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan angka-angka) dan
biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi (biaya dan pendapatan).
dengan memperhatikan aspek pengolahan dan produktivitas lahan.
Kesesuaian
lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas
penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kualitatif (tidak dengan
angka-angka) dan tidak ada per hitungan-perhitungan ekonomi. Biasanya dilakukan
dengan cara memadankan (membandingkan) kriteria masing-masing kelas kesesuaian
lahan dengan karakteristik (kualitas) lahan yang dimilikinya. Kelas kesesuaian
lahan ditentukan oleh faktor fisik (karakteristik kualitas lahan) yang
merupakan faktor penghambat terberat.
Kerangka
dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori,
yaitu:
Ordo
: menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
tertentu;
Kelas
: menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan; Sub-kelas : menunjukkan jenis
pembatas (penghambat) atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam
masing-masing kelas;
Unit
: menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam pengelolaan suatu subkelas.
Ordo
dan kelas biasanya digunakan dalam pemetaan tanah tinjau, subkelas untuk
pemetaan tanah semi detil, dan unit untuk pemetaan tanah detil. Ordo juga
digunakan dalam pemetaan tanah pada skala yang lebih kasar (eksplorasi).
1.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Ordo (Order)
Pada
tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada 2 (dua) ordo yaitu.
v Ordo S (sesuai); Lahan yang ternasuk ordo ini adalah
lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu
tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu
akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
v Ordo N (tidak sesuai): Lahan yang termasuk ordo ini
adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah
penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat
digolongkan sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi suatu usaha pertanian
karena berbagai penghambat, balk secara fisik (lereng sangat curam,
berbatu-batu, dan sebagainya) maupun secara ekonomi (keuntungan yang didapat
lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).
2.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas
Kelas
kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan
tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis
dibelakang simbol ordo, di mana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin
jelek bila makin tinggi nomornya. Banyaknya kelas dalam setiap ordo sebetulnya
tidak terbatas, tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam
ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas terse but harus didasarkan
kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran.
Jika
tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N,
maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut:
1.
Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai
pembatas (penghambat) yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya
mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan
tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
2.
Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan
meningkatkan masukan yang diperlukan.
3.
Kelas S3: sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih
meningkatkan masukan yang diperlukan
4.
Kelas N 1: tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas yang lebih besar, tetapi masih mungkin diperbaiki dengan
tingkat pengelolaan tinggi. Faktor pembatas sedemikian besarnya sehingga tanpa
pengelolaan tinggi, mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka
panjang.
5.
Kelas N2: tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas permanen yang sangat berat sehingga mencegah segala
kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
3.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Subkelas
Subkelas
kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang
diperlukan dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih
subkelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan
dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas. Misalnya kelas
S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) dapat menjadi subkelas S2s.
Dalam satu subkelas dapat mempunyai satu, dua, atau paling banyak tiga simbol
pembatas, di mana pembatas yang paling dominan ditulis paling depan. Misalnya,
dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan topografi (t) adalah pembatas yang
paling dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua atau
tambahan. Jika terdapat lebih dari tiga pembatas yang memenuh: syarat, maka
harus dipilih tiga pembatas terberat untuk dituliskan. di belakang simbol
kelas, sedang pembatas lainnya cukup dijelaskan dalam uraian.
4.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Unit
Kesesuaian
lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari subkelas berdasar
atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada dalam satu subkelas
mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas
yang sama pada tingkat subkelas.
Unit
yang satu berbeda dengan unit lainnya karena kemampuan produksi atau dalam aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detil
dari pembatas pembatasnya. Diketahuinya pembatas secara detil memudahkan
penafsiran dalam mengelola rencana suatu usaha tani.
2.4
Erosi Tanah
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah,
batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es,
karakteristik hujan, creep pada
tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup
semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi.
Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya. Erosi adalah proses pengikisan lapisan tanah oleh tenaga air. Erosi
mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur
hara.
Erosi
sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang
buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk
menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar
dari tanah dengan vegetasi
alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena
struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur
akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan
yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Dampak
dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari
erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).
Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air
permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah
yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai
(sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan
pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Umumnya,
dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih
terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada
area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area
dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau
batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air
meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan
yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang
mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau
silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya
diperhatikan.
Penyebab
erosi tanah antara lain:
Tanah
gundul atau tidak ada tanamannya;
Tanah
miring tidak dibuat teras–teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah
yang lurus;
Tanah
tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi;
Pada
tanah di kawasan hutan rusak karena pohon–pohon ditebang secara liar sehingga
hutan menjadi gundul;
Pada
permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembalaan liar sehingga tanah
atas semakin rusak
Sebagai
usaha untuk mengurangi erosi tanah dapat dilakukan upaya–upaya
konservasi. Tujuan konservasi tanah adalah untuk menjaga agar tanah tidak
tererosi. Usaha–usaha konservasi tanah ditujukan untuk menjegah kerusakan, memperbaiki
dan meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.
Ada empat jenis erosi tanah, yaitu:
1. Erosi percik (Splash Erosion)
Erosi
percik adalah proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya percikan air
hujan. Percikan tersebut menyebabkan partikel-pertikel tanah menjadi hancur dan
kemudian diendapkan di tempat lain.
2. Erosi lembar (SheetErosion)
Erosi lembar adalah proses pengikisan lapsan tanah
paling atas dan tipis sehingga ketebalan tanahya berkurang. Ciri erosi lembar:
1.
Air yang mengalir di permukaan tanah berwarna keruh (kuning kecokelatan).
2.
Warna tanah di sekitar wilayah tersebut menjadi lebih pucat.
3.
Terdapat bercak-bercak di permukaan tanah.
4.
Kesuburan tanah berkurang karena banyak unsur hara yang hilang.
3. Erosi Alur (Riil Erosion)
Erosi
alur terjadi jika erosi lembar berlangsung terus, pengikisan tanah pada saat
air mengalir mengakibatkan terjadinya alur-alur yang searah dengan kemiringan
lereng daerah tersebut. Ciri-cirinya: alur-alur yang
terbentuk oleh pengikisan amat jelas dan bentuknya relatif lurus di daerah yang
berlereng dan berkelok.
4.Erosi
Parit (Gully Erosion)
Terbentuknya erosi parit prosesnya sama dengan
erosi alur, namun saluran yang terbentuk pada erosi parit lebih dalam. Erosi
ini umumnya terjadi pada daerah dengan lereng yang terjal. Ciri-ciri:
lereng-lereng yang tererosi membentuk parit-parit yang dalam dengan penampang
seperti huruf V atau U.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya erosi antara lain:
1.
Iklim
Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi
tanah adalah hujan. Butir-butir air hujan dapat mengikis permukaan tanah dan
dihanyutkan oleh aliran permukaan.
2.
Tanah
Faktor tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur tanah, struktur
tanah, infiltrasi dan kandungan bahan organik.
3.
Topogiafi
Pada lahan yang datar,
percikan air dapat melebarkan partikel tanah ke segala arah, sedangkan pada lahan yang miring partikel tanah banyak
yang terlempar ke arah bawah sesuai dengan kimiringan lereng.
4.
Vegetasi
Vegetasi penutup tanah berfungsi menahan jatuhnya
air hujan langsung ke tanah dan menahan
kecepatan aliran permukaan.
5.
Campur tangan manusia
Kegiatan manusia yang kurang bijaksana dalam
mengelola hutan dan mengolah lahan berpengaruh
terhadap kerusakan lingkungan, terutama terjadinya erosi. Contoh: penebangan hutan secara liar menyebabkan
terjadinya banjir bandang di beberapa wilayah di Indonesia.
Erosi tanah dapat
mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah. Ciri-ciri tanah yang tingkat
kesuburan tanahnya menurun antara lain:
1)
Partikel-partikel tanahnya hanyut.
2)
Terjadi perubahan struktur tanah.
3)
Kapasitas infiltrasi menurun.
4)
Terjadi perubahan profil tanah.
5)
Unsur hara lenyap.
2.5
Konservasi Tanah dan Air
Konservasi
tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Dalam
arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan
tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
Konservasi
air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi
banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.Konservasi
tanah adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna
mengurangi dan mencegah tanah dengan cara pelestarian atau adalah serangkaian
strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi
atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang
berlebihan.
Konservasi
tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air
pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah
dan konservasi air merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali; berbagai
tindakankonservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air.
Dalam
konservasi tanah yang dilakukan adalah menggunakan tanah berdasarkan
kemampuannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga supaya tanah tidak rusak dan
tetap produktif. Oleh karena itu, strategi dalam konservasi tanah harus
mengarah pada ketentuan sebagai berikut:
Ø Melindungi tanah dari air hujan dengan penutup
permukaan tanah.
Ø Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan
kapasitas infiltrasi.
Ø Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
Ø Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan
meningkatkan kekasaran permukaan lahan.
Metode
konservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut:
Metode Vegetatif
Metode
vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian bagian
tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi
erosi tanah. Dalam knservasi tanah dan air metode vegeatif mempunyai fungsi
melindungi tanah terhadap daya perusak butir butir hujan yang jatuh dan
melindungi tanah terhadap daya perusak air yang mengalir di permukaan tanah
serta memperbaiaki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permuakaan.
Metode
Mekanik
Adalah
semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan
bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi
untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air
ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman.
Meode mekanik dalam konservasi tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan
tanah menurut kontur, guludan dan guludan bersaluran menurut kontur.
Metode Kimia
Adalah
dengan menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut
Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya Soil
Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa
yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil. Misalnya salah satu usaha
dalam penggunaan senyawa organic sintetik.
Kesimpulan
Pengelolaan
Lahan atau tanah adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan
dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan
lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan
pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan
lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga
memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh
tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat-sifat tanah.
Tujuan
pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan
daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma
(Arsyad, 1989). Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha
pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan
pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan
tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran
permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan
daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan
tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan,
pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur
dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur
tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga
dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang
memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu,
pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif
untuk konservasi ini. Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah
miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan
dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam
tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989),
pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.